Ziarah

I wanna someone grab both my shoulders and shake them. Snap out of it.



Pak, apa kabar? Aku harap bapak baik-baik aja di bawah sana. Aku nggak pernah benar-benar membayangkan bagaimana tanah setinggi dua meter mampu memisahkan kita jauh sekali. Membuatmu tak lagi tergapai lengan pendekku. Tapi itu ternyata terjadi 8 tahun yang lalu.

Aku rindu, pak. Bisakah kau merasakannya? Dari doa-doa khusyuk, dari ayat-ayat yang dilantunkan dengan getir, atau sujud yang terlalu lama.

Seandainya bapak masih ada, barangkali aku nggak akan sering terbangun pukul dua pagi karena masa lalu memukuliku lewat mimpi. Buruk sekali. Lalu terlalu takut untuk kembali tidur.

Pak, kembali aku kehilangan seorang sahabat tahun lalu. Entah.. Mungkin aku nggak akan pernah bisa menjadi seorang baik seperti yang selalu kuusahakan sepanjang tahun. Seperti daun mangga pada musimnya, berlubang sana sini. Beraib sana sini.

Aku takut sendirian di rumah, pak. Karena saat saat sendiri itulah hantu sering muncul. Wujudnya hitam dan matanya menyala seolah ingin memerkosaku.

(Ternyata hantu itu diriku sendiri. Akulah monster yang menakuti dirinya di depan cermin besar di kamar. Tiga tahun belakangan, aku berubah menjadi sesuatu yang tidak aku kenal sama sekali. Rasanya seperti dikejar kegelapan. Aku harus gimana, pak?)

Sewaktu kecil dulu ke mana pun bapak pergi, aku ikut serta. Sering aku berpikir untuk ikut denganmu kali ini. Tapi meski sayah, nyatanya aku tetap melanjutkan hidup.

Maaf ya, pak. Aku datang membawa keluhan. Sebenanya aku juga nggak benar-benar memahami omonganku. Hehe

Aku penasaran, apa bapak tinggal di tempat yang nyaman di sana. Atau -seperti yang sering disumpah seorang janda, bapak berada di ruang sempit gelap penuh api. Semoga saja haram bagimu neraka.

Aku pamit, pak.

Comments

Popular Posts