Skip to main content

Posts

Featured

Monolog Kamis Malam

Sepulang dari kampus pada hari yang melelahkan di kantor seharian. Aku memilih memilih berjalan bersama guyuran hujan sepanjang jalan pulang. Habis maghrib kala itu. Di tengah jalan aku mulai kedinginan meskipun memakai jas hujan. Lalu didepan motorku sebuah mobil pickup dengan model bak terbuka berjalan melambat. Kuperhatikan ternyata ada seorang lelaki paruh baya di sana. Duduk diam dengan berpayung sebuah tangga yang diletakkan di atas mobil. Percuma. Tapi ia di sana, duduk menerima setiap tetes demi tetes yang membasahi wajah, baju, dan sepatu boats-nya. Bibirnya membiru, mungkin sudah terlalu lama perjalanan mereka. Tapi ia seperti tidak peduli pada keadaannya, dan keadaan di sekelilingnya. Mungkin dalam pikirannya hanya ingin pulang dan beristirahat.   Lama aku memperhatikan pria itu. Hingga aku tersadarbahwa bukan hanya aku yang berjuang hari ini. Tapi juga dia. Dan banyak orang lainnya. Aku mengeluh dan menangisi betapa susah hidup dengan sedikit harapan. Tapi mungkin sa

Latest Posts

Bagaimana Jika

Quarter Life Crisis’s Story

Istriku Sayang

tidak ada judul

Setahun

Ingatan

Suamiku Sayang

Seperti

Kopi, Hujan, dan Buku

Cinta Untuk Dewi Kunthi