Cinta Untuk Dewi Kunthi

Berikut ini adalah salah satu contoh berita seni dan budaya yang termasuk ke dalam kategori mata kuliah Penulisan Berita Olahraga dan Budaya (PBOB). Lain waktu akan saya post jenis berita lainnya yang masuk ke dalam kategori PBOB.



Cinta Untuk Dewi Kunthi
Jakarta, 16 Maret 2017

Ki Gedhe Kuatno membawakan kisah Dewi Kunthi, Selasa (15/03). (foto:Rina)

Gamelan Jawa mengalun lembut pertanda pagelaran wayang kulit di sanggar Nirmala Sari, Selasa (15/03) di Cinere, Pondok Labu, Jakarta dimulai. Suara sinden lirih terdengar di antara dentingan saron dan bonang, menyanyikan tembang Jawa.

Ki Gedhe Kuatno mendalangi wayang kulit yang berjudul Kunthi Pilih. Bercerita tentang perjalanan cinta dewi Kunthi yang diperebutkan banyak pria, baik dari kalangan sesama dewa maupun kaum manusia. Hal itu tak lain karena paras Dewi Kunthi yang cantik luar biasa, seperti dikisahkan sang dalang.

Diawali dengan dialog antara dewi Kuthi dengan ibundanya. Sang ibu menuturkan banyaknya lamaran yang datang di depan pintu, hendak meminang dewi Kunthi. Diceritakan, kecantikan sang putri tak sebatas lahir namun juga batin. Dewi Kunthi memiliki hati yang putih tanpa dinodai sedikit pun sifat buruk. Sayangnya, tak satupun lamaran diterima dewi Kunthi.

Alhasil kakak dari dewi Kunthi, Sugriwo, memutuskan untuk mengadakan sayembara. Siapa yang mampu mengalahkannya dapat meminang sang dewi. Dewi Kunthi harus mau dinikahi oleh siapapun yang mampu mengalahkan Sugriwo.

Kabar sayembara itu terdengar hingga ke bumi. Banyak pria yang mengikutinya, mengadu nasib dan keberuntungan. Salah satunya seorang raja bernama Singo Dharmo. Singo Dharmo sudah lama jatuh hati pada dewi Kunthi. Bahkan sering menceritakan pada panglima kerajaan betapa tubuh dewi Kunthi dapat membuat pria pusing. Dewi Kunthi seribu kali lebih cantik dari istri para panglima dan pengawal, kata sang raja.

Datanglah hari yang dinantikan oleh raja Singo Dharmo, bertarung melawan Sugriwo. Pertarungan berlangsung sengit karena keduanya sama-sama memiliki kekuatan yang besar dan keterampilang bertarung yang baik. Namun pada akhirnya Sugriwo memenangkan pertarungan. Singo Dharmo gagal menikahi dewi Kunthi.

Suatu hari diketahui dewi Kunthi ternyata hamil padahal ia merasa tidak pernah berkumpul dengan manusia. Ibunda dewi sangat kaget dan memanggil guru dewi Kunthi, Pegrowon Woso untuk menjelaskan apa yang terjadi. Akhirnya diketahui Pegrowon Woso memberikan ilmu kepada dewi Kunthi, yaitu aji kunto wekasih kroso sabdo tunggal tanpo lawan.

Mantra aji kunto wekasih kroso sabdo tunggal tanpo lawan tidak boleh dibaca saat sedang tidur sendirian dan saat mandi karena akan mengundang lawan jenis kepada yang membacanya. Ternyata dewi Kunthi melanggar pantangan tersebut dan membaca ajian ketika tidur sendirian. Bathara Surya, dewa matahari mendatanngi dewi Kunthi di kamarnya dan membuatnya hamil.

Kehamilan dewi Kunthi diketahui sang kakak. Sugriwo murka dan menuntut pertanggungjawaban kepada Pegrowon Woso selaku guru dewi Kunthi. Ia menuntut agar keperawanan dewi Kunthi tetap terjaga meskipun melahirkan. Akhirnya diputuskan dewi Kunthi melahirkan lewat telinga agar daranya tetap utuh.

“Kalo zaman sekarang, bukan lewat telinga, dik. Tapi sesar. Hehehe.” Ujar salah satu pemain saron, Bambang.

Suara gamelan terdengar magis di beberapa adegan, salah satunya ketika pertarungan Singo Dharmo melawan Sugriwo, pemain saron memukul dengan keras dam cepat potongan-potongan kuningan yang mewakili tangga nada. Musik pengiring membangun suasana tegang khas perang.

Di akhir cerita, bayi yang telah dilahirkan lewat telinga dibuang ke sungai Bengawan oleh dewi Kunthi. Bayi tersebut dianggap aib karena tidak memiliki bapak.

Bambang melanjutkan, ituah kisah cinta dewi Kunthi. Ia menolak setiap cinta yang datang, tapi malah membuat kesalahan yang membuatnya hamil tanpa suami. Kehamilan seharusnya menjadi tanda cinta. Bayi yang seharusnya menjadi bukti cinta pun seharusnya dikasihi, bukan dibuang seperti itu. (Sav)






IISIP Jakarta.

Comments

Popular Posts