Menikah


no, thanks. / gemmeus.com


Kita adalah cinta yang berjihad melawan trauma.




Laila memilih menghindari menikah. Barangkali trauma membuatnya seperti itu. Bukan karena ia pernah gagal menikah, melainkan segala hal mengenai pernikahan yang terjadi di sekitarnya tidak berjalan baik. Ibu dan ketiga kakaknya mengambil peran penting dalam hal itu. Bukan berarti mereka memberi contoh buruk sebagai refleksi pernikahan. Hanya saja kehidupan menjadi jauh lebih rumit saat hubungan dua manusia mulai mendekati urusan nikah dan rumah tangga. Itu yang Laila lihat dari pengalaman pernikahan orang-orang di sekitarnya.

Salah satu teman Laila mengatakan bahwa ia hanya belum jatuh cinta. Salah. Laila pernah jatuh begitu dalam pada seseorang yang kini hanya meninggalkan kenangan buruk baginya. Itu juga menjadi salah satu alasan Laila enggan menikah. Padahal dulu ia pernah berencana menikah muda dengan pemuda itu. Tapi kini pemuda itu juga malah menjadi salah satu alasannya enggan menikah. Percayalah, perasaan yang kalian sebut cinta bisa menjadi alasan seseorang menikah dan tidak menikah.

Keinginan Laila kini sederhana saja. Ia ingin lulus kuliah yang sudah membuatnya muak. Lalu bekerja di luar kota atau negeri hingga beberapa tahun sampai akhirnya ia akan mengalami kematian mendadak. Bertahan hidup bukan hal yang sulit baginya. Tapi ia merasa sudah tidak memiliki harapan pada apapun yang pernah dicita-citakannya. Padahal dulu ia adalah seorang pemimpi berambisi. Ia berdoa semoga hidupnya tidak menginjak kepala tiga.

Sebelum menghakimi diri sendiri, Laila mencoba memahami apa yang sudah dilaluinya, bagaimana ia menjalani setiap hari dengan putus asa dan ketakutan. Ia merasa semakin kehabisan waktu untuk menikmati hidup. Ia bersujud setiap hari tanpa mendapatkan ketenangan. Pada akhirnya ia memaklumi dirinya yang kini seperti ini. Ia berusaha memafkan dirinya sendiri meskipun banyak penyesalan.

Comments

Popular Posts