Pemakaman Mawarku


Untukmu, kenalanku yang manis. Pertemuan kita terjadi seperti pada umumnya, lalu menjelma menjadi teman akrab secepat MRT. Mungkin karena kau duduk tepat di sebelahku. Hal yg tak pernah kulupa adalah saat kau mengenalkanku pada sebuah dongeng dari Jepang yang membuatku merasa kita akan menjadi sesuatu yang lebih dari istimewa. Aku menunggu waktu itu. Waktu saat kau mengatakan kau menyukaiku.

Sayangnya hal itu tidak pernah terjadi hingga tahun terakhirku. Aku mulai bertanya dan berencana, mungkinkah kau terlalu malu? Apa yang akan terjadi bila aku yang mengatakannya lebih dulu?

Hingga malam perpisahan itu pun datang. Di Bandung. Aku menyiapkan setangkai mawar yang kubeli di sebuat florist di daerah Lembang. Udara malam membelai pipiku dari jendela bus pariwisata yang kutumpangi. Gadis di sebelahku mengerutkan dahi, bertanya apakah aku baik-baik saja karena sejak sore aku tak bisa berhenti tersenyum. Mendengar A Thousand Miles yang dilantunkan Vanessa Carlton membawaku ke tempat lain. Melamunkan kau. Kita.

Setelah pesta perpisahan usai, aku menarik napas dan mulai mendekatimu. Lihat, bahkan jantungku seakan berhenti demi melihatmu yang tengah tersenyum. Mata cokelatmu yang bersinar selalu membuatku lupa namaku sendiri. Langkah kakiku gemetar menujumu, begitu tersiksa dengan perasaan gugup ini.

Sebelum setangkai mawar sempat kuberikan padamu, mataku menemukan kau mencium pipi gadis lain. Gadis yang duduk di sebelahku. Aku memalingkan pandangan. Apa yang baru saja kulihat? Kepalaku terasa berputar-putar. Aku berlari menjauh sebelum mereka menyadari ada orang lain di sana. Menggenggam mawar yang terasa perih di telapak tanganku.

Apa yang salah dengan hubungan ini? Mengapa aku tak pernah menyadari bahwa mungkin saja kau berteman denganku demi gadis lain? Aku merasa marah dan malu pada diriku sendiri. Aku terlalu sibuk dengan perasaanku sendiri hingga menjadi bodoh untuk memahami situasi di sekitarku. Aku tidak mau menerima kemungkinan kau memang sudah lama bersamanya atau hal-hal lain semacam itu.

Seminggu kemudian aku membayangkan setangkai mawar merah indah yang kutinggalkan di bangku penumpang tempatku duduk di bus kini telah menghitam dan durinya kian runcing. Kupikir aku akan begitu patah hati bila mengenang kejadian minggu lalu, tapi ternyata tidak. Aku menyadari bahwa aku tak bisa membuatmu jatuh cinta padaku. Dan aku tidak bisa memaksamu melakukannya untukku hanya karena aku jatuh cinta lebih dulu padamu. Pelajaran berharga yang kudapat ialah: Aku harus mencintai diriku sendiri terlebih dahulu agar dapat dicintai orang lain.

Comments

Popular Posts