11.23

Mataku perih menahan kantuk dan air mata yang semalaman tertahan. Kengerianku pada sunyi membuatku terjaga.
Lalu, angin yang tak pernah berhenti itu melewati benang sari kembang jambu, menggugurkan serbuknya pada putik. Seperti doa-doa yang kupanjatkan kepada pemilik malam, pada puncak rindu aku menangis.
Pagi, titik putik mulai mengandung sang jambu. Pertanda angin berhasil berhembus dengan perubahan pada apa-apa yang dilewatinya.
Berpikir, mana hasil doaku? Tuhan menahannya. Karena aku tak semudah serbuk sari yang terbang tertiup angin. Karena doaku tak seremeh sepoi atau semilir atau bahkan hujan di februari.

Comments

Popular Posts